Pasar minyak mentah sempat bergejolak akibat sentimen kebijakan yang dikaitkan dengan mantan Presiden AS, Donald Trump. Dikenal sebagai “Trump Effect”, kebijakan energi dan perdagangannya selama menjabat sering memicu volatilitas harga komoditas, termasuk minyak. Kini, kekhawatiran serupa muncul kembali meskipun Brent Crude hanya mengalami koreksi tipis di kisaran $82 per barel.
Apa Itu “Trump Effect” pada Minyak Mentah?
“Trump Effect” merujuk pada dampak kebijakan Trump yang cenderung pro-produksi domestik AS, termasuk ekspor minyak dan gas. Selama pemerintahannya, AS meningkatkan produksi shale oil, menekan harga global. Jika Trump kembali berkuasa, pasar khawatir kebijakan serupa akan memperlambat kenaikan harga minyak.
Brent Crude Masih Stabil Meski Ada Tekanan
Meski sempat tertekan, harga minyak Brent berhasil mempertahankan levelnya dengan koreksi kurang dari 1%. Beberapa faktor yang mendukung stabilitas harga antara lain:
- Ketegangan Timur Tengah yang masih berpotensi mengganggu pasokan.
- Permintaan dari China yang mulai menunjukkan pemulihan.
- Kebijakan OPEC+ yang tetap membatasi produksi.
Bagaimana Prospek Harga Minyak ke Depan?
Analis memprediksi harga minyak akan tetap fluktuatif dengan beberapa faktor kunci:
- Kebijakan Politik AS – Pemilu AS 2024 bisa membawa perubahan signifikan.
- Permintaan Global – Pemulihan ekonomi China dan Eropa akan jadi penentu.
- Geopolitik – Konflik Rusia-Ukraina dan Timur Tengah masih jadi risiko.
Kesimpulan: Waspadai Volatilitas
Sementara Brent Crude masih bertahan di level stabil, “Trump Effect” dan faktor geopolitik bisa memicu pergerakan tajam. Trader dan investor perlu memantau perkembangan kebijakan AS serta dinamika pasokan dan permintaan global.