Setelah lama menjadi teka-teki, nasib proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta yang akan perpanjang hingga Tangerang Selatan (Tangsel) akhirnya terjawab.
Kementerian Perhubungan memutuskan untuk menggunakan teknologi skytrain atau kereta gantung sebagai solusi menghubungkan Lebak Bulus (Jakarta) dengan kawasan Tangsel.
FGD dengan berbagai pihak seperti Kemenko Perekonomian, Bappenas, Pemprov DKI Jakarta, Pemprov Banten, dan PT MRT Jakarta
1. Minim Pembebasan Lahan
Salah satu alasan utama pemilihan skytrain adalah efisiensi lahan. Berbeda dengan MRT yang membutuhkan pembebasan lahan besar-besaran, skytrain dapat dibangun di atas jalan raya yang sudah ada, sehingga biaya proyek lebih terjangkau
2. Lebih Cepat dan Fleksibel
Skytrain ternilai lebih mudah masuk ke kawasan pemukiman padat seperti Serpong dan Bintaro. Selain itu, pembangunannya relatif lebih cepat karena tidak memerlukan pembangunan terowongan seperti MRT
3. Kolaborasi dengan Pengembang Swasta
Pemerintah akan menggandeng pengembang perumahan besar seperti Bumi Serpong Damai (BSD) untuk membangun stasiun-stasiun skytrain. Hal ini diharapkan meningkatkan nilai manfaat bagi warga perumahan dan sekitarnya
Berdasarkan rencana, skytrain akan memiliki dua jalur utama:
- Lebak Bulus – Serpong – Bintaro (terhubung dengan stasiun MRT Lebak Bulus).
- Harjamukti – Mekarsari (sebagai feeder LRT).
Proyek ini masih menunggu hasil feasibility study dari PT MRT Jakarta yang perkirakan selesai pada Desember 2025
Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub telah berkomunikasi dengan Kementerian Dalam Negeri agar bisa memanfaatkan aset atau fasilitas umum milik pemerintah daerah sebagai lokasi pembangunan tiang Skytrain.