Indonesia terus memperkuat posisinya sebagai negara tujuan investasi sektor energi, terutama minyak dan gas (migas). Di balik langkah besar ini, terdapat dua tokoh kunci: Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Keduanya memainkan peran strategis dalam menarik raksasa migas dunia untuk berinvestasi di Tanah Air.
Hal tersebut, Bahlil ungkapkan setelah setelah menggelar Rapat Dewan Pengawas (Dewas) SKK Migas dengan bendahara negara. Menurutnya, pemerintah kini tidak lagi mempersoalkan sistem pembagian hasil antara gross split dan cost recovery.
“Sekarang kan gini. Opsi apa kamu gross split atau cost recovery, itu kita berikan dua-duanya. Terserah KKKS memilih yang mana. Kalau dia menganggap bahwa gross split bagus, kita kasih. Kalau dia memilih untuk cost recovery-nya bagus, kita kasih juga,” kata Bahlil di Gedung Kementerian ESDM, dikutip Rabu (28/5/2025).
Bahlil berharap, dengan langkah ini dapat mempercepat kembalinya investor besar yang sempat hengkang dari Indonesia. Salah satunya seperti perusahaan migas asal Prancis yakni TotalEnergies atau Total ke Indonesia.
“Apa yang kembali ke Indonesia yang kemarin sudah keluar dan kembali? Total ya? Sudah keluar, kembali lagi?,” kata dia.
Sinergi antara Kementerian Investasi dan Kementerian Keuangan memberikan sinyal kuat bahwa pemerintah serius mendukung investasi migas. Kolaborasi ini menunjukkan pendekatan terintegrasi antara kemudahan administratif dan kepastian ekonomi.
“Kita butuh investasi untuk hilirisasi dan ketahanan energi nasional,” tegas Sri Mulyani.
Langkah strategis Bahlil dan Sri Mulyani menunjukkan bahwa dengan kolaborasi yang kuat, Indonesia mampu menjadi destinasi utama bagi investasi migas global. Kombinasi kemudahan regulasi dan insentif fiskal menjadi kunci utama daya tarik ini.