Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dan Real Brasil (mata uang Brazil) terus melemah ke level terendah dalam sejarah. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi pasar keuangan, tetapi juga memberatkan calon jemaah haji Indonesia. Biaya penyelenggaraan ibadah haji yang sebagian besar menggunakan dolar AS membuat beban finansial semakin tinggi.
Lalu, mengapa Real Brasil juga berpengaruh? Brazil merupakan salah satu penyedia daging sapi terbesar untuk konsumsi jemaah haji. Pelemahan Real membuat harga daging impor lebih mahal, sehingga biaya catering di Arab Saudi ikut naik.
1. Rupiah Terdepresiasi, Biaya Haji Melambung
- Nilai Rupiah sempat menyentuh Rp 16.000/USD, level terlemah sejak 1998.
- Komponen biaya haji seperti akomodasi, transportasi, dan visa berbasis dolar, sehingga harganya naik signifikan.
- Kenaikan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) diprediksi mencapai 10-15% dibanding tahun sebelumnya.
2. Real Brasil Juga Anjlok, Harga Daging Naik
- Real Brasil terdepresiasi 40% dalam 5 tahun terakhir akibat ketidakstabilan politik dan ekonomi.
- Brazil adalah pemasok utama daging sapi untuk jemaah haji.
- Kenaikan harga daging berdampak pada biaya catering di Mekkah & Madinah.
3. Dampak ke Jemaah Haji: Biaya Tambahan Membengkak
- Ongkos haji reguler bisa tembus Rp 90-100 juta (tergantung kuota dan kurs).
- Haji plus & non-kuota bahkan lebih mahal, mencapai Rp 150-200 juta.
- Banyak jemaah terpaksa mengambil pinjaman atau menjual aset untuk berangkat.
4. Solusi untuk Jemaah: Antisipasi Sejak Dini
- Menabung dollar untuk mengantisipasi fluktuasi kurs.
- Memilih travel haji yang transparan dalam biaya tambahan.
- Memanfaatkan program pembayaran cicilan dari penyelenggara haji.
Kesimpulan: Perlunya Kebijakan Stabilisasi Biaya Haji
Pelemahan Rupiah dan Real Brasil menjadi tantangan serius bagi calon jemaah haji. Pemerintah dan otoritas haji perlu mencari solusi, seperti stabilisasi kurs, diversifikasi pemasok daging, atau subsidi tambahan, agar ibadah haji tetap terjangkau.
Bagi calon jemaah, penting untuk merencanakan keuangan dengan matang agar tidak terbebani biaya yang terus naik.
Apa pendapat Anda? Bagaimana seharusnya Indonesia mengatasi kenaikan biaya haji?