Konflik Rusia-Ukraina terus memanas setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan tawaran gencatan senjata. Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan tegas menolak proposal tersebut. Mengapa Zelenskyy tidak menerima tawaran perdamaian ini? Bagaimana respons dunia internasional? Simak analisis lengkapnya dalam artikel ini.
Pada [tanggal pengumuman], Vladimir Putin menyatakan kesediaannya untuk menghentikan serangan militer dengan beberapa syarat, antara lain:
- Pengakuan Wilayah Pendudukan Rusia – Ukraina harus mengakui aneksasi Crimea, Donetsk, Luhansk, dan wilayah lainnya sebagai bagian dari Rusia.
- Netralitas Militer Ukraina – Ukraina tidak boleh bergabung dengan NATO atau aliansi militer Barat.
- Pembatalan Sanksi Internasional – Negara-negara Barat harus mencabut sanksi ekonomi terhadap Rusia.
Tidak Ada Kepercayaan Terhadap Putin
Sejarah menunjukkan bahwa Rusia kerap melanggar kesepakatan gencatan senjata sebelumnya, seperti dalam perjanjian Minsk. Zelenskyy menegaskan bahwa tawaran ini hanyalah strategi untuk menghentikan dukungan militer Barat ke Ukraina.
Syarat yang Merugikan Kedaulatan Ukraina
Mengakui wilayah pendudukan Rusia berarti melegitimasi invasi ilegal. Zelenskyy bersikukuh bahwa perdamaian harus adil dan menghormati integritas teritorial Ukraina.
Ukraina Ingin Kemenangan, Bukan Kompromi
Dengan dukungan senjata dari AS dan Eropa, Ukraina yakin dapat merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia. Gencatan senjata hanya akan memberi waktu bagi Rusia untuk memperkuat posisinya.
Penolakan Zelenskyy terhadap gencatan senjata Putin menunjukkan tekad Ukraina untuk mempertahankan kedaulatannya. Meski berisiko memperpanjang perang, langkah ini teranggap perlu untuk mencegah legitimasi aneksasi Rusia.